SD MUHAMMADIYAH AL MUJAHIDIN WONOSARI

Jl. Mayang, Gadungsari, Wonosari, Gunungkidul

membangun kecerdasan dan keshalehan

Bagaimana Melatih Anak Puasa Sejak Dini?

Senin, 27 Mei 2019 ~ Oleh Febriana Tri Astuti ~ Dilihat 1787 Kali

 

Oleh: Lusty Istiqomah

 Orang Tua dari Muhammad Rasyad Rabbani, Kelas 1 Excellent

 

       Ramadhan menjadi momentum yang paling dinanti seluruh umat muslim di dunia.. begitupun bagi kita sebagai orang tua untuk memanfaatkan momen Ramadhan ini dalam mengajarkan anak-anak kita mempraktikkan PUASA. Dengan demikian saat tiba saatnya anak sudah wajib berpuasa, Insya Allah mereka akan terlatih dan tidak akan menemui kesulitan dalam menjalaninya. Melatih puasa kepada anak mungkin terasa susah-susah gampang. Ada anak yang semangat berpuasa bersama anggota keluarga, namun tidak sedikit pula anak yang tidak ingin menjalaninya. Lalu bagaimana kiat-kiat orang tua untuk melatih anak-anak berpuasa sejak usia dini? Berikut beberapa hal yang bisa ditempuh orang tua.

Puasa adalah Rukun Islam

    Sebagaimana kita sebagai orangtua menanamkan konsep KeIslaman kepada anak melalui ajaran tauhid maka kita perlu juga mengajarkan kewajiban muslim yang melekat diantaranya melaksanakan ibadah sholat, tadarus, dan juga menunaikan puasa saat bulan Ramadhan meskipun sebenernya anak yang belum baligh memang belum diwajibkan untuk menjalankan ibadah tersebut.

   Sebelum mengajarkan anak puasa, penting dan utama bagi orang tua yaitu memberikan pemahaman sederhana kepada anak tentang ARTI PUASA. Pada rentang usia dini, orang tua cukup menyampaikan kepada anak bahwa puasa adalah menahan lapar dan dahaga. Seiring dengan bertambahnya usia, anak juga diberi pemahaman lebih mendalam bahwa puasa menahan amarah dan emosi-emosi negatif lainnya. Konsep puasa adalah menahan lapar dan dahaga tentu akan memancing tanya anak… Mengapa tidak boleh makan saat merasa lapar dan minum saat haus? Disini orang tua bisa menanamkan empati anak terhadap orang lain yang tidak seberuntung dirinya, ajarkan mereka bahwa orang lain belum tentu bisa menikmati hidangan enak setiap saat, makan sepuasnya, dan bentuk-bentuk kebahagiaan lainnya yang biasa dirasakan anak-anak kita. Oleh karena itu, Allah menyeru manusia untuk menunaikan ibadah PUASA. 

Persiapkan Anak sebelum Ramadhan Tiba

    Pola dan kebiasaan anak diluar bulan Ramadhan tentu berbeda. Oleh karena itu, anak perlu adaptasi sebelum memasuki bulan Ramadhan. Pada bulan Syaban kita perlu melatih anak dengan pola baru untuk membiasakan anak-anak saat berada di bulan Ramadhan nanti. Jika orang tua terbiasa membangunkan anak-anak jelang azan subuh, maka selama bulan Syaban kita bangunkan anak lebih awal misalnya 20 menit sebelumnya. Jika anak-anak terbiasa tidur setelah shalat isya, maka kita bisa untuk menunda waktu tidur anak dengan memprediksi durasi sholat tarawih saat Ramadhan nanti tapi hindari tidur terlalu larut. Tentu saja selama waktu ekstra tersebut bisa kita isi dengan kegiatan bersama seperti tahsin, tahfidz, maupun kegiatan lainnya yang menarik bagi anak-anak. Jika anak terbiasa menghabiskan waktu siang harinya dengan bermain maka latih agar anak terbiasa tidur siang. Intinya anak-anak harus cukup tidur karena rata-rata anak membutuhkan waktu tidur selama 9-11 jam (Tribunnew.com, 2019).

Awali dengan Memberikan Contoh kepada Anak

   Mengajarkan anak untuk ikut puasa diawali dengan memberikan contoh dari orang tua sendiri. Anak akan bertanya kenapa ayah atau bundanya tidak makan dan minum. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan dan rasa penasaran anak dan setelah kita menjawab maka anak akan meniru perilaku positif tersebut dengan harapan saat waktu Ramadhan tiba mereka akan ikut berpuasa bersama anggota keluarga.

Puasa di Bulan Ramadhan

     Tentu saja masa adaptasi yang sudah coba orang tua bangun sebelum Ramadhan tidak selalu sesuai harapan. Orang tua pasti akan menemui berbagai cobaan dan rintangan selama anak menjalankan PUASA Ramadhan.

a. Sesuaikan Durasi Puasa anak

Berpuasa pada anak harus disesuaikan dengan kemampuan anak. Berikan kelonggaran berpuasa untuk mereka karena pada dasarnya mereka masih dalam masa pertumbuhan yang memerlukan asupan nutrisi optimal. Sebaiknya mulailah mengajarkan anak puasa secara perlahan dan bertahap. Secara umum pada rentang usia dini bisa diawali dengan puasa beberapa jam, kemudian saat memasuki usia TK bisa ditingkatkan menjadi setengah hari, anak bisa berbuka puasa saat azan zuhur untuk kemudian meneruskan puasanya hingga azan maghrib. Memasuki usia SD, mulai dilatih untuk berpuasa penuh 1 hari. Bisa disepakati juga misalnya pada 3 hari pertama anak berpuasa setengah hari dulu baru setelah berhasil melewatinya makan ditingkatkan menjadi puasa seharian. Yang menjadi catatan bahwa usia anak untuk mampu mulai berpuasa maupun durasi waktu berpuasa tergantung penilaian orang tua masing-masing terhadap kemampuan dan kesanggupan anak. Kemampuan anak untuk berpuasa pasti akan meningkat seiring dengan kebiasannya menjalankan puasa.

b Bangunkan Anak Tanpa Drama

Diwaktu-waktu tertentu saat anak dibangunkan sahur mereka belum tentu langsung beranjak dari tempat tidurnya, apalagi saat tidurnya larut malam. Lantas apa yang harus dilakukan orang tua? Kita bisa membuat kesepakatan dengan anak menjelang anak tidur malam, Besok mau dibangunkan seperti apa? Misalnya cukup dipanggil namanya, diklitikin kakinya, diusap-usap telinganya atau cara lainnya. Kesepakatan tersebut juga perlu diikuti dengan konsekuensi, apabila anak belum mau bangun dengan cara tersebut maka cara terakhir adalah orang tua akan menggendong anak, lalu membawanya ke kamar mandi dan mengusap wajahnya dengana air. Intinya adalah supaya menghindari drama saat membangunkan anak waktu sahur.

c. Buat Mereka Semangat Sahur

Apa sih yang membuat anak semangat sahur? Orang tua pasti lebih tahu jawabannya. Ada anak yang semangat sahur ketika disiapkan menu favoritnya. Ada juga anak yang semangat saat menu permintaan anak untuk sahur keesokan harinya disiapkan orang tua. Ada juga yang semangat saat sahur sambil ditemani tontonan favorit mereka. Selama hal-hal tersebut positif maka sah-sah saja bagi orangtua untuk membiarkan anak menikmati sahur nya dengan caranya masing-masing sepanjang menu sahur yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi mereka pada masa pertumbuhan. Jangan lupa berikan ekstra asupan kepada anak misalnya madu, susu, vitamin, dan asupan lainnya dan ingatkan untuk minum banyak air agar terhindar dari dehidrasi.

d. Pertahankan Niat Awal Puasa

Waktu siang adalah waktu kritis bagi anak selama menjalankan puasa karena secara biologis mereka akan merasakan lapar dan haus. Belum lagi godaan yang datang dari adiknya yang masih kecil maupun temannya yang tidak berpuasa dan asyik menikmati jajanan ataupun makan dihadapan anak kita. Beberapa anak bahkan ada yang tidak sanggup menahan haus. Kondisi tersebut tak jarang menggoyahkan pertahanan mereka.. Lalu bagaimana cara mempertahankannya? Lagi-lagi masing-masing orangtua bisa menilai kesanggupan anak, jika memang cenderung anak tidak bisa mempertahankan puasanya maka tanyakan dulu apakah anak ingin berbuka? Jika iya maka persilahkan mereka berbuka puasa dalam rentang waktu tertentu. Namun jika anak dinilai sanggup bertahan maka berikan pilihan kepada anak misalnya tidur supaya rasa haus dan laparnya terasa atau melakukan aktivitas yang bisa mengalihkan keinginannya untuk berbuka puasa sebelum waktunya, misalnya dengan mengajak mereka mengikuti TPA di masjid atau mushola dekat rumah.

e. Berikan Reward

Salah satu penyemangat anak agar mampu menuntaskan janjinya berpuasa adalah memberikan rewardkepada keberhasilan mereka. Mengutip pernyataan Abah Ihsan dalam salah satu buku best sellernya:

“Reward merupakan ganjaran yang diberikan sebagai upaya orang tua mendorong anak agar melakukan barter untuk sesuatu yang orang tua inginkan”

Orangtua bisa menempuh cara ini. Berikan reward yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua dan indikator keberhasilan anak dalam berpuasa. Intinya beri penghargaan kepada anak sesedikit apapun capaian mereka dalam berpuasa. Reward apa yang diberikan anak jika bisa menyelesaikan puasa setengah hari atau bahkan satu hari. Reward apa yang akan diberikan jika anak mampu berpuasa full selama 1 bulan dan indikator lainnya. Reward bisa diberikan dalam bentuk pujian, barang, maupun bentuk lainnya. Dengan menjanjikan pemberian reward maka anak akan merasa senang dan termotivasi untuk menjalani puasa.

Pada prinsipnya pelatihan dan pembiasaan puasa anak sejak dini pada bulan Ramadhan ini harus diawali dengan metode keteladanan agar anak lebih mudah meniru dan menjadikan ibadah puasa ini sebagai sebuah kebiasaan. Semoga dengan berbagai cara-cara menyenangkan anak akan lebih bersemangat dan termotivasi dalam menjalankan puasanya.

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT