Oleh: Ali Akbar, S.kom.I, M.Si.
Guru SD Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari
Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berkembang semakin pesat membuat semua yang ada di dunia serba terbuka. Ketika terjadi aktivitas lintas batas pada dunia maya ke seluruh dunia dalam waktu yang singkat dan teknologi serta komunikasi maka hanya orang yang sudah siap untuk mendapatkan kesempatan. Globalisasi telah merubah tatanan pemenuhan kebutuhan secara mendasar dengan karakteristik yang mobile, plural dan kompetitif. Pluralisme telah dijumpai di setiap komunitas masyarakat sehingga komunikasi dan transportasi berkembang pesat ditingkat global maupun di daerah, serta mampu menyatu dengan masyarakat majemuk. Namun demikian, spiritual masyarakat belum dapat mengerti tentang arti perbedaan kultur antara agama, etnis, dan strata sosial.
Selain itu, pembaharuan ilmu pengetahaun, informasi, interdependensi antar kelompok masyarakat terkait permasalahan hak asasi manusia, lingkungan hidup, telah menjadi tantangan hidup saat ini dan masa depan. Keadaan tersebut membuat masyarakat mengalami perubahan masyarakat yang terbuka atau open society. Strategi dan implementasi yang dapat menanggapi tantangan itu ialah peran penting pendidikan. Pendidikan merupakan upaya untuk membangun masyarakat yang lebih dewasa dalam menyelesaikan permasalahan atau perbedaan persepsi dengan cara damai, tidak saling menjatuhkan, tidak menyebarkan berita bohong dan mengendalikan diri.
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus sekelompok orang kemudian ditransformasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan dan penelitian. Pendidikan yang mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan sikap etika, moral, tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada anak didik, menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal tersebut dapat memberikan solusi jangka panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis, yang merupakan perhatian sekaligus kekhawatiran yang terus meningkat di masyarakat. Seperti, anak didik dapat menilai mana yang benar, sangat memperdulikan hal yang benar, dan melakukan apa yang mereka yakini sebagai yang benar, walaupun ada gangguan dari luar dan godaan dari dalam. Pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika nilai-nilai dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, dengan menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, efektif dalam membangun dan mengembangkan karakter anak didik serta menciptakan komunitas yang peduli, baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan yang mengembangkan karakter setia dan konsisten kepada nilai dasar yang diusung bersama-sama.
Pendidikan karakter dapat mempengaruhi akhlak mulia peserta didik apabila dilakukan secara integral dan secara simultan di keluarga, kelas, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Pertama di lingkungan keluarga, orang tua dalam hal ini memiliki peran untuk menanamkan nilai karakter yang menjadi kebiasaan anak untuk berperilaku baik sesuai norma agama maupun norma perilaku yang dapat menghargai dirinya dan orang lain. Kedua, pendidikan karakter berbasis kelas. Guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalam kelas. Konteks pendidikan karakter adalah proses relasional komunitas kelas dalam konteks pembelajaran. Relasi guru-pembelajar bukan monolog, melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas kelas terdiri dari guru dan siswa yang sama-sama berinteraksi dengan materi. Memberikan pemahaman dan pengertian akan keutamaan yang benar terjadi dalam konteks pengajaran, termasuk di dalamnya pula adalah ranah non-instruksional, seperti manajemen kelas, konsensus kelas, dan lain-lain, yang membantu terciptanya suasana belajar yang nyaman. Ketiga, pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa. Untuk menanamkan nilai kejujuran tidak cukup dengan memberikan pesan-pesan moral kepada anak didik melainkan juga moral ini mesti diperkuat dengan penciptaan kultur kejujuran melalui pembuatan tata peraturan sekolah yang tegas dan konsisten terhadap setiap perilaku ketidakjujuran. Sebagai contoh yang dilakukan oleh anak didik ialah ketika menemukan barang yang bukan hak miliknya anak didik tersebut akan melaporkan kepada guru. Keempat, pendidikan karakter berbasis komunitas. Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian akan tetapi masyarakat di luar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, dan negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan mereka. Ketika lembaga negara lemah dalam penegakan hukum, ketika mereka yang bersalah tidak pernah mendapatkan sanksi yang setimpal, negara telah mendidik masyarakatnya untuk menjadi manusia yang tidak menghargai makna tatanan sosial bersama. Seperti yang telah terjadi beberapa kasus di dunia pendidikan pada Negara kita sekarang ialah peserta didik yang kurang menghargai dan menghormati guru sebagai pendidik di sekolah. Hal tersebut menjadi pertimbangan dalam membentuk pendidikan yang berkarakter.
Dapat dipahami bahwa pendidikan karakter dan pendidikan Islam harus diteladani agar manusia dapat hidup dengan tujuan kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. Adapun dasar pendidikan karakter atau akhlak adalah Al-Qur’an dan Hadist, ayat yang berkaitan dasar pendidikan karakter ialah surat Al-isra’ 23-24, yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu diantara keduanya atau kedua-duanya hingga usia lanjut dalam mendidikmu, maka sekali-kali janganlah kalian mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
Berdasarkan penjelasan yang ada dapat kita sarankan bahwa keluarga berperan penting dalam memberikan perhatian pada anak agar terbentuk karakter anak yang berakhlak mulia. Pendidikan akhlak sudah di mulai sejak dalam kandungan. Pada masa tersebut orang tua harus mampu menjaga perkataan, sikap, perilaku, dan menghindari perbuatan yang nahi mungkar serta memperdalam ilmu agama. Ketika anak telah lahir anak di berikan dan ditanamkan nilai-nilai yang berakhlak mulia dengan memberikan contoh perilaku sehari-hari yang baik. Selain itu, lingkungan sekolah juga perlu menciptakan kondisi yang kondusif dalam pembentukan karekter anak. Karena sekolah merupakan tempat kedua bagi peserta didik, dengan memperkalukan lemah lembut, disiplin, memberikan motivasi, memberikan penghargaan bagi yang berprestasi dan memberikna sanksi bagi yang melanggar peraturan kedisiplinan, sanksi yang diberikan adalah suatu pembelajaran supaya peserta didik paham apa yang telah dilakukan tidak benar. Guru harus menjaga ucapan dan penampilan karena keteladanan guru dapat menarik perhatian peserta didik sehingga dapat membentuk karakter peserta didik yang baik. Pendidikan karakter perlu melibatkan semua bangsa yaitu masyarakat yang mana lingkungan anak tinggal atau berada, artinya peran dari lingkungan masyarakat, media masa, sehingga seluruh bangsa ikut bertanggungjawab dalam membentuk karakter anak agar anak dapat mandiri dan bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan masyarakat.
Copyright © 2017 - 2023 SD MUHAMMADIYAH AL MUJAHIDIN WONOSARI All rights reserved.
Developed by sekolahku.web.id